20161109

tentang diet mayo (in my opinion)

setelah masuk dalam kehidupan dan dunia kerja yang gitu gitu terus ga ada abisnya, badan saya menjadi berkembang... yup. berkembang

saya itu dari jaman kuliah pengen gendut berisi. sekarang setelah kerja, gendut ginuk-ginuk. kebablasan deh gendutnya.
badan jadi berat, bikin males, bikin ngantuk... yahh maap yak, ngeluhnya lagi kumat..

jadi, setalah 1 tahunan kerja, berat badan saya naik drastis, sempet naik hampi 10 kg!!!
walaupun akhirnya saya bisa turunin pelan-pelan. tapi tetep aja yaa, masih 5 kilo lagi dr berat awal sebelum kerja..

terbesitlah pikiran buat coba diet mayo... banyak bgt referensinya di Google, sebelum saya akhirnya memutuskan mencobanya
karena maless dan ga sempet, hehhe lebih ke males sih sebenernya, akhirnya saya kontak salah satu catering yg mengklaim dirinya menyediakan jasa katering diet mayo di Jakarta. setelah membandingkan harga sama beberapa lapak sebelum, akhirnya saya memilih satu vendor... ceileh vendor

waktu itu utk program diet mayo 13 hari, saya bayar 1 juta rupiah. udah termasuk free ongkir di area Jakarta, selain itu untuk weekend juga bisa diantar ke alamat yang berbeda dari weekdays.
mahal yaa? hmmm iya mahal kalau dipikir-pikir. 

padahal juga menunya itu-itu aja, gampaaaang bgt bikinnya dan modalnya murah. emang kayaknya mahal diongkirnya sih...
13 hari itu serasi lamaaaa bgt, bosen itu menu begitu-begitu doang...
ga ada rasanya, trus ga bisa minum es..
banyak bgt setannya

setelah 13 hari berlalu, saya turun cuma 3 kilo, karna ga olahraga cardio sih. takut pingan ajah
plusnya sih menurut saya ini instan banget buat nurunin berat badan, trus saya jadi tahu rasa asli dari sayur-sayur yang saya ga pernah tau rasa aslinya... 
tapi minusnya... mahal (karna emang ada harga ada rupa, dan harga itu termasuk ongkir. makanya menurut saya makanannya jd ga sebanding sama harga). trus kalau kita malah kalap makan setelah diet, itu berat badannya bisa balik lagi... sial

jd kalau disuruh diet mayo lagi.. aku no!
yang biasa-biasa aja... huhu

sekarang masih ada PR biar berat badan ideal. mikir nanti dl deh mau gimana cara balikin berat badannya. hehehe


sekian

mencoba memulai kembali

hello there...

setelah sekian lama saya ngga pernah menulis blog ini, saat ini saya mencoba memulainya kembali..
walaupun tentu tidak bisa intens juga, namun saya akui,  saat ini kemampuan menulis saya agak berkurang..

yahh karena sudah lulus dari kawah candradimukanya dunia perkuliahan, dan dikantor juga rutinitasnya itu-itu saja, sehingga saya termotivasi untuk menulis lagi..

sekedar mengobati rasa kangen saya dalam hal menulis..
saat duniamu mulai berubah, dan tidak ada yang bisa kamu lakukan selain berusaha dan mengharap yang terbaik, maka menulislah... (Imania, 2016)

ceileeh

20150313

Dufan ala-ala di Jogja

Horaaay! Ada tempat wisata baru di Jogja nih. Namanya SKE (Sindu Kusuma Edupark). SKE ini terletak di Jalan Jambon Sinduadi, Mlati, Sleman. Tempat ini merupakan tempat wisata baru yang menyajikan wahana-wahana dufan ala-ala.

Hari ini, 13-3-2015, aku bakal kasih reviewku yaa..
Jadi berawal dari SKE yang mulai hits di Jogja dan ketoke semua anak gawl di Jogja bakal pergi ke SKE biar 'kekinian' gitttuh (ha haa). Langsung aja deh gausah prolog kelamaan.
Aku kesana berdua sama Lifski tanggal 9-3-2015.Lokasinya gampang ditemuin kok. Kalau man-teman dari arah selatan, lewat aja Jalan Magelang. Pertigaan setelah Borobudur Plaza masih ke utara terus sampai nemu toko jual beli mobil second di kiri jalan. Abis itu nanti ada belokan ke kiri, belok aja man-teman (which is itu ke arah barat ya). Teruss aja ke arah barat, nanti di kanan jalan (utara jalan) bakal udah keliatan deh icon dari SKE ini. Yang jadi iconnya tentu saja si cakra manggilingan (semacam bianglala raksasa gitu dehhh).

Icon SKE nih, si Cakra Manggilingan

Tempat parkirnya cukup luas yaa, ada parkiran motor (kayaknya bisa sampai ratusan motor), parkiran mobil (juga buanyaaak), dan parkiran bus. Parkir motornya Rp 2000 sajaah. Standar lah yaa. Tampak luar okee punya lah walaupun agak gersang dan keliatan kurang tanaman peneduhnya.
Kami berdua langsung semangat 45 buat masuk dan nyobain wahana-wahananya. Kami langsung menuju loket pembelian tiket. Di sana ada daftar harga tiket masuk dan wahana-wahananya. Ada juga harga kartu-kartu reguler, grup (buat berdua/couple), terusan, dst. Inilah sekilas penampakannya price list di loket SKE (sumber: https://ghinakusuma.files.wordpress.com/2015/01/2.jpg?w=604).

Price List

Kami berencana buat beli tiket terusan, eeh lah kok belum ada kartu terusannya. Zzzz. Aku sempet protes juga sama mbak-mbak yang jaga loket, kalau memang belum ada yaaa jangan lah dipasang atuh, intinya jangan bikin PHP lah yaa. Dan menurutku juga, penjelasan dari mbak-mbak loket kurang jelas. Ga semua petugas loket paham dan keliatan masih agak bingungan. Hehehe kan lucu ya. Itu kekecewaan pertama sih.

Terus sebelum ke SKE kemarin, aku dikasih kupon potongan naik wahana cakra manggilingan/ferris wheel dari kakak iparku. Dikasih 4 biji. Trus dengan semangat aku nanya ke mbak-mbak loket, kalau aku punya potongan kupon 50% itu, berarti naik wahana cakra manggilingan itu jadi cuma Rp 10000 dong. Dan ternyataaa... eng ing eng. GA BISA. Karena buku kupon potongan harga harus dibawa saat mau digunakan. Well. Ribet sih menurutku, karena takutnya kalau dibawa sebukunya gitu kalau hilang gimana, rugi Rp 85000. Kenapa ga bisa bawa kuponnya sesuai kebutuhan aja sih. Harus banget bawa-bawa bukunya. Itu kekecewaan kedua.

Okelah, akhirnya kami memutuskan beli kartu grup. Rp 75000. Dapet 2 minuman gratis. Lalu nominal Rp 75000 itu dipotong biaya masuk Rp 30000 untuk berdua. Sisanya Rp 45000.
Aku mengajak Lifski naik wahana yang jadi iconnya SKE. Cakra Manggilingan. Putarannya pelan, mungkin sekitar 3 menit-5 menit kali ya sekali puteran. Bentar banget, iya bentar banget. Soalnya bayar Rp 20000 per orang cuma buat 1 PUTARAN aja. Pftt.

Pemandangan Jogja diambil dari Cakra Manggilingan
Dari Cakra Manggilingan

Saldo di kartu tinggal Rp 5000. Tapi malas juga sih kalau mau top-up minimal Rp 50000. Walaupun emang sih nanti kalau saldonya sisa masih bisa di refund uang. Tapi itulah sisi ribet lainnya. Kami disana cuma foto-foto, jalan-jalan, sholat, terus naik cakra manggilingan, terus udah. Ga ada 1 jam. Kami pulang karena udah pusing kepanasan. Gersang banget di dalam, kurang pohonnya hehe.

Semoga ini bisa jadi masukan positif buat pihak manajemen SKE dan buat man-teman yang mau kesana silakan bawa buku kupon potongan harganya (kalau punya). Jangan sampai udah seneng-seneng kesana trus gondok gara-gara kupon diskonnya ga bisa dipakai dan belum ada kartu terusan. Hihii

Akhir cerita...
Kalau diajak kesana lagi? Mau sih asal dibayarin




20140827

TRAVEL BEHAVIOR OF LOW INCOME RESIDENT IN TEGALPANGGUNG VILLAGE, DANUREJAN SUB DISTRICT, YOGYAKARTA CITY

Rifa Rafika Imania (10/297879/TK/36422), Yori Herwangi, ST, MURP. 
Urban and Regional Planning, Department of Architecture and Planning, Faculty of Engineering, 
Gadjah Mada University. 

ABSTRACT

Economic diversity among villages in Yogyakarta has increased the urbanization in this city. Some of low income residents will be more easier to maintain their lifes. On the other hand, low income residents who do not have specific skills will face difficulty and have to work very hard to support their daily lifes. They have to travel from home to workplace almost everyday. Therefore, they have to select the cheapest and most accurate modes of transport to make their activities more effective. The objectives of this research are to understand the travel behavior of low income residents and to understand the urban form and non urban form factors that give impact to them. This research was done in Tegalpanggung village, in which 26% of the resident living in this village was selected to get the social protection guarantee in Yogyakarta city. The method used in this research is the mixed deductive method that was analized by statistical descriptive, cross tabulation, and independent sample t-test. Ordinal logit regression analysis was used to amplify the result. The 90% of confidence interval was used in this analysis. Primary survey was done in order to collect data and it was conducted by interview method. About 88 respondents belong to low income residents and listed in social protection guarantee registered in Yogyakarta city were interviewed. The result noted that low income residents work not far from their village and most of them have to work 3,1 km or less from their house or within 14 minutes trip. While the most dominant mode of transport that has been chosen was motorcycle. Some factors have been proven to have close relationship with low income residents in their travel to workplace. However, the urban form and non urban form factors completely have no impact to travel frequency of low income residents. Job-housing balance (the location of work) and gender give a significant impact on model choice, trip distance, and travel time. Mixed land use factor is also considered to have an impact on resident travel behavior. However, the results of the ordinal logit regression analysis is only job-housing balance (the location of work) that give impact on model choice, trip distance, and travel time. Thus, job-housing balance (the location of work) is the most influential factor on the travel behavior of low income residents in Tegalpanggung village.

Key words: travel behavior, travel to workplace, the urban form and non urban form factors, low income residents in the urban area

pertanian perkotaan sebagai salah satu alternatif solusi ketahanan pangan

Prestasi ini merupakan salah satu pencapaian yang sangat membanggakan waktu masih berstatus mahasiswa. Yap, bersama kedua sahabat ini alhamdulillah bisa memenangi juara 1 lomba essay SIPPI 2013 yang diselenggarakan oleh IPB dan alhamdulillah lagi paper tersebut masuk dalam proceding. (Viny Ratna Gumilang dan Ardina Putri Rahtama).


Here is the link from Putri's blog: 

Link tautan SIPPI: 

Enjoy!



20140826

the graduation

I had graduated from Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Gadjah Mada University by August 19th, 2014. Finally, the day was coming and i was happy. You couldn't imagine how happy i am, i couldn't be happier because i saw my parents smiled, and it was a pleasure.
These are some friends from class of 2010 Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Gadjah Mada University.. The other photos will be upload soon

The real life has just begun. Brace my self!


August, 2014
Regards